Kisah Seorang Nenek Yang Baik Kepada Cucunya


Kisah Seorang Nenek Yang Baik Kepada Cucunya
Sudah hampir satu tahun nenek ikut oarng tua joko.  Joko anak satu-satunya laki-laki yang berusia 10 tahun. Dia yang kurang menyukai neneknya. Sebenarnya tujuan nenek sangat bagus untuk cucunya. Misalnya saja menyuruh joko tidur lebih cepat, agar besaok tidak terlambat masuk sekolah. Tapi berpikiran Joko sangat berbeda dengan maksut neneknya.

Suatu hari, setelah selesai makan malam, Joko pun berkata kepada ibunya, ''ma'', kapan nenek pulang? Saya sudah gak suka ama nenek. Apa saja yang saya lakukan selalu di larang. Lagi pula, dandaannya kotor begitu. Tubuhnya juga kotor dan bau.

''Mam'' pun menegur Joko, huussss!! Diam kau!! Nenek itu tinggal sendiri di desa dan tidak ada yang merawatnya. Nenek pun disini mengerjakan semua perkerjaan. Meski cuma yang ringan-ringan, seperti memasak, merapikan kamar. Namun, semua itu meringankan beban kita.

Ayah dan ibu Joko berkerja di kantor dari pagi sampai sore hari. Sementara nenek Joko yang sudah beusia 65-an, nenek pun masik sangub merapikan tugas rumah tangga. nenek memang bersikap disiplin terhadap Joko, satu-satunya cucunya. Sebab dia sangat menyayanginya.

Ternyata kejengkelan Joko terhadap neneknya tak kunjung reda. Maka suatu hari, Joko melontarkan kata-kata yang begitu kasar kepada neneknya, ''nek'' kapan nenek pilang ke desa? Nenek di sini beban saja. Apa nenek sudah tidak punya rumah lagi?

Hati sang nenek pun terasa sedih sekali mendengar perkataan cucunya. Keesokan harinya setelah pulang sekolah, Joko tidak menemukan neneknya di rumahnya. Perutnya terasa laper. Namun, Joko tidak menemukan makanan di meja makan. Sore harinya, saat ibunya pulang barulah makanan di siapkan.

Kata sang ibu, Joko, nenek kamu mau tinggal di sebuah biara. Tadi siang dia berangkat. Yah, beginilah jadinya. Kita jadi repot. Joko ayo cuci piring!! Itu pancinya di bersihkan!! Dan cepat belikan bumbu dapur, kalau tidak kamu tidak dapat makan malam..

Kegembiraan hati Joko, bahwa neneknya telah pergi, sirna setika. Yah, ternyata banyak berguna di rumah itu. Tampa bantuan neneknya perkerjaan rumah menjadi berantakan dan morat-marit.

 Dan lebih dari itu, dia harus ikut sibuk membantu orang tuanya. Dia pun tidak bisa bermaian-main bersama teman-temanya, jika kedua orang tuanya pergi bekerja.

Pada siang hari, saat Joko berada di rumah sendirian, terkadang ketukan di pintu. Joko langsung membukanya. Klau saja adanya, dia dilarang membuka pintu, sebelum tahu tamunya. Begitu kunci pintu di buka, dua lelaki lasung masok. Keduanya bernapas tersengal-sengal, seperti di buruh-buru. Muka mereka pucat.

Kedua lelaki itu mengacam, lelaki berjengot berkata, jika kamu mau membantu kami dan tutup mulut, kamu akan selamat. Taroklah tas itu di tempat yang aman. Nanti kami akan datang mengambilnya lagi oke.

Temanya, yang berkumis tipis, menyambung, kalau kamu bicara mengenai hal ini pada siapa-siapa awas ya nak.. mereka kemudian memberi tanda dengan telapak tangan yang membentuk pistol.

Sepanjang siang sampai malam, hati Joko bedebar-debar. dia tidak selerah makan. Malam harinya tidurnya gelisah. Setiap menit dia terbangun, dan bermimpi yang seram, Kapan kedua lelaki yang mencurigakan itu akan datang mengambil tasnya? dan apakah mereka tidak akan menyakitinnya, sesuai janjinya, jika Joko tidak mengatakannya kepada siapa-siapa?

Keesokan harinya semua gerak-gerik Joko terasa diawasin orang. Ada mobil cokelat yang aneh bentuknya diparkir tidak jahu dari rumahnya. Beberapa orang yang gerak-geriknya mencurigakan, kelihatan di sekitar situ.

Kata Joko dalam hatinya, orang-orang itu pasti akan melukaiku. Mereka rasanya tidak peduli, apakah harus saya ikutin kata mereka itu. Sebab saya sebagai saksi. Jdi mereka akan menyikirkan saya. Oh, coba aja nenek ada disini kemarin..

Kini Joko menyadari kesalahaannya, dan menyesalinya. Tapi semua suda terjadi. Kini dia tingal menuggu nasib saja. Kapan kedua orang itu menggambil tas titipannya? Keesokan harinya kedua lelaki itu kembali ke rumah Joko.

 Meminta kembali tas titipan mereka. Joko memberikannya dengan tangan gemetar. Pada saat itulah muncul delapan orang masuk ke rumah, empat lewat pintu depan dan empat lainya lewat pintu belakang.

''Menyerahlah kalian!'' Dan dari delapan orang itu mengeluarkan pistolnya. Kalian telah terkepung, kami adalah dari kepolisian.


Dan secara tidak terduga nenek Joko muncul di rumah itu. Katanya, kamu selamat, Joko. Untung nenek melihat saat Joko membukakan pintu untuk kedua lelaki itu. Nenek lasung segera menelpon kepolisi tentang kejadian itu. polisi pun langsung mengawasi tempat ini.

Sahut neneknya menjelaskan kamu. Karenanya, setiap siang nenek sudah duduk di depan pos ronda di pojok jalan untuk sekedar tahu bahwa kamu baik-baik saja..

Joko pun lega untung ada nenek, katanya dalam hati Joko. Menyesal sekali dia pernah memarahi neneknya dengan kata-kata yang kasar dan menyakitkan hati neneknya.

 Tapi neneknya ternyata tidak sakit hati dengan perkataan Joko. Diam-diam nenek mengawasi cucunya dengan telaten, penuh kasih sayang dan pengorbanan yang besar.

Tiba-tiba Joko merasa malu. Seharusnya Joko yang menjaga neneknya. Tanpa terasa keluarlah kata-katanya yang tulus dan penuh penyesalan, ''nek'' jangan tinggalkan rumah ini lagi ya nenekku...

Posting Komentar

My Instagram

Designed By OddThemes | Distributed By Blogger Templates