INASPIRASI - Setiap memasuki bulan Februari, orang-orang di dunia ini banyak yang mempersiapkan diri mereka untuk menyambut Hari Kasih Sayang atau Valentine, yang dirayakan setiap tanggal 14 Februari.
Umumnya, Heru Valentine identik dengan cokelat, boneka beruang, kartu ucapan berbentuk hati, bunga Mawar, makan malam romantis berhiaskan lilin mewah, dan warna merah muda. Dengan semua benda ini biasanya diberikan oleh seseorang kepada pasangannya atau teman terdekat.
Dalam tengah perayaan tersebut, ada pula orang-orang yang tidak membudayakan Hari Valentine. Menurut "Live Science" yang dikutip pada Kamis 13 Februari 2019, hampir setengah dari orang Amerika menyebut bahwa mereka yang merayakan Hari Kasih Sayang dianggap berlebihan.
Data itu berdasarkan survei yang dilakukan pada tahun 2017. Namun, 43% lainya menyambut Valentine sebagai hari yang penuh nuansa romantis dan cinta. Namun, ada beberapa studi yang sudah pernah dilakukan sebelumnya bahkan membeberkan alasan mengapa ada banyak orang yang membenci perayaan Valentine. Nah, berikut ini tiga di antaranya:
1. Anda Seorang Pemberontak
Dalam pemasaran, ada istilah yang disebut 'teori resistensi.' Pada dasarnya, jika orang-orang merasa seperti mereka diminta untuk mematuhi perilaku yang ditentukan sebelumnya dan sudah diatur sedemikian rupa, dan maka mereka tidak akan melakukannya.
Menurut sebuah studi tahun 2008 yang diterbitkan dalam 'Journal of Business Research,' para "kaum" itu akan menilai Hari Kasih Sayang sebagai "tipu-tipu" korporat agar membentuk masyarakat yang konsumerisme (paham yang menjadikan seseorang atau kelompok yang menjalankan proses konsumsi atau pemakaian barang-barang hasil produksi secara berlebihan).
Menurutnya survei itu, buku harian dan e-diary yang dikumpulkan antara tahun 2000 dan 2006, orang-orang merasakan kuatnya resistensi pemberian hadiah pada hari-hari menjelang Valentine, bahkan mereka merasa berkewajiban untuk mendapatkan sesuatu bagi pasangan mereka.
Sebagai bentuk tanggapan itu, banyak peserta yang terlibat dalam studi itu memberlakukan batasan pengeluaran mereka untuk memberikan hadiah. Tetapi 88% pria dan 75% wanita yang menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih, masih memberikan kado tanpa pikir panjang. Dengan bingkisan itu lebih sering berupa barang buatan tangan (handmade) atau makan malam romantis di rumah.
Di satu sisi itu, Valentine's Day sepertinya membuat gap antara mereka yang berpasangan dan mereka yang lajang. Sebanyak 81% pria dan 50% wanita yang merajut hubungan baru melaporkan, mereka merasa wajib untuk memberikan hadia kepada pasangannya.
Sementara, ada beberapa jomlo merasa tersinggung dengan cara pemasaran dari toko-toko suvenir, elektronik, rumah makan dan sebagaianya saat menjelang Hari Kasih Sayang.
2. Anda Merasa Tidak Nyaman Saat Menjalin Hubungan
Sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2014 mensurvei individu yang berhasil mendapatkan pasangan melalui aplikasi kencan daring. Peneliti menilai tentang seberapa besar Hari Kasih Sayang memengaruhi penilaian mereka terhadap hubungan mereka sendiri.
Sedangkan bagi orang-orang yang menghindari keterikatan, mereka bahkan melewatkan Hari Kasih Sayang dan mengindahkan spanduk romantis itu. Kedua faktor ini tidak membuat mereka merasa lebih intim terhadap pasangan.
Bagi para peneliti, temuan itu menjelaskan beberapa teka-teki yang belum terpecahkan sebelumnya, dan seputar Hari Kasih Sayang. Dengan beberapa riset telah menemukan bahwa spanduk peringatan, ulang tahun dan liburan, membantu merekatkan hubungan. Namun, peneliti yang lain menunjukkan sebaliknya, bahwa hubungan yang lemah sangat rentan terpengaruh untuk mengikuti tren Hari Kasih Sayang.
3. Anda Sedang Melodramatis
Dalam sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2010 tentang antisipasi emosional, para peserta diminta untuk mengungkapkan perasaan mereka terkait Hari Kasih Sayang pada pertengahan Januari.
Pada 16 Februari, para peserta yang sama kembali ditanya tentang Valentine, namun kali ini bersangkutan dengan perasaan mereka tentang liburan. Di seluruh lembar riset yang diberikan kepada para peserta, dan banyak di antara mereka yang melebih-lebihkan seberapa intens perasaan mereka tentang liburan.
Orang yang berada dalam sebuah hubungan percaya bahwa pikiran mereka akan lebih positif menyoal Valentine, dari pada yang sebenarnya mereka lakukan. Sedangkan mereka tang enggan menjalani kisah asmara berpikir sebaliknya. Bahkan, setelah Hari Kasih Sayang berlalu, ternyata mereka yang merajut hubungan romantis dan lajang masih merasakan hal yang sama.
Posting Komentar